Mengenal Lebih Dalam Seni Tradisional Bantengan

Kediri, Gelar Fakta – Di Jawa Timur memang memiliki berbagai macam seni tradisional. Salah satunya yaitu Bantengan.
Seni tradisional yang menggabungkan antara tarian, musik, seni beladiri dan mantra-mantra yang beraura magis itu tetap menjadi pertunjukan yang sering membuat tertarik masyarakat untuk menontonnya.
Mengenal lebih dekat tentang kesenian tersebut, lahirnya seni tradisional Bantengan ternyata dimulai dari cerita Jaka Tingkir yang membunuh Lembu Peteng pada zaman kerajaan Mataram.
Dan karena perbuatanya Jaka tingkir diusir dan akhirnya berkelana dan berguru kesana kemari untuk mendapatkan kesaktian yang lebih kuat.
Setelah berkelana Jaka Tingkir mendengar tentang adanya sayembara yang diadakan kerajaan tersebut untuk siapa saja yang bisa menaklukan banteng ngamuk di alun-alun kerajaan akan diberi hadiah.
Mendengar hal itu Jaka Tingkir mengikuti dan akhirnya berhasil menaklukan banteng tersebut.
Dari banteng dan sayembara itulah lahirnya kesenian Bantengan.
“Bantengan ada dua mas bantengan yang di gunakan di jaranan sama bantengan Dor. Yang asli yang Bantengan Dor,” ujar Suyono, Ketua paguyuban Bantengan Mahesasuro yang berada di Dusun Singgahan Desa Pelem Kecamatan Pare.
Dia juga menjelaskan perbedaan dari kesenian jaranan memang beda kalau jaranan memakai dupa, kemenyan, dan bunga bunga wewangian, beda dengan Seni Bantengan.
Seni bantengan berakar dari beladiri dan menggunakan air yang sudah didoakan Bersama-sama untuk diminum dan dipercaya bisa mendatangkan banteng untuk merasuki orang.
“Beda kalau sama jaranan. Di bantengan tidak pakai dupa, menyan, bunga bunga. Pakeknya air yang didoakan bersama kemudian diminumkan sebelum acara dimulai. Nanti ada yang seperti kesurupan,” tambahnya.
Suyono sendiri menuturkan bahwa kesenian bantengan selalu dipakai dalam acara pembukaan “pencak dor” karena bantengan sendiri dasarnya juga dari bela diri.
Saat kesenian itu digelar memang berbeda dari kesenian lainnya karena ada beberapa atraksi yang ditunjukan.
“Ada atraksi seperti anggotanya dicambuk orang banyak. Tapi sebelum atraksi sudah meminum air magis itu jadi seperti kesurupan saat dicambuk ya tidak merasakan apa-apa soalnya tidak sadar. Terus banteng ngamuk itu. Itu beratnya 25 kilogram dan dimainkan oleh 2 orang,” tuturnya.
Di Jawa Timur sendiri masih banyak kesenian yang berbau magis. Namun dari unsur magis itulah masyarakat penasaran dan menonton kesenian tradisional untuk meredakan rasa penasaran. Namun banyak juga yang masih percaya bahwa memang ada unsur magisnya.(van)