Siapa yang Mendanai Kelompok Hamas untuk Melancarkan Serangan Ganas?
GELARFAKTA.COM – Pada awal Oktober 2023, Hamas melancarkan serangan tiba-tiba yang meluas di Israel bagian selatan, yang mengakibatkan ratusan warga sipil dan personel militer melayang serta penyanderaan puluhan orang.
Dari serangan itu, Israel merespons dengan mendeklarasikan perang terhadap Hamas sebagai tanggapannya dan menyiratkan niatnya untuk melancarkan kampanye militer yang berkelanjutan guna mengalahkan Hamas.
Sejumlah negara telah mengklasifikasikan Hamas sebagai organisasi teroris termasuk Presiden AS Joe Biden dalam cuitan X Twitter.
Lalu pada aksi yang selama ini dilakukan, sebenarnya dari mana dana yang didapatkan Hamas hingga bisa memiliki banyak senjata untuk berperang.
Dilansir pbs.org, Hamas yang dinyatakan sebagai organisasi teroris pasti tidak akan menerima bantuan resmi dari Amerika Serikat dan Uni Eropa kepada Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di Tepi Barat.
Secara historis, ekspatriat Palestina dan donor swasta di Teluk Persia merupakan sumber utama pendanaan untuk gerakan tersebut.
Situasi ekonomi Gaza sudah sangat buruk sebelum serangan Hamas terhadap Israel pada tahun 2023, dan konflik tersebut hampir pasti akan memperburuk tingkat kemiskinan yang ekstrem di antara penduduknya.
Mesir dan Israel telah sebagian besar menutup perbatasan mereka sejak tahun 2006-2007, yang mengakibatkan pembatasan pergerakan barang dan orang ke dan dari wilayah tersebut.
Kedua negara saat ini masih menjaga blokade, yang memisahkan Gaza dari sebagian besar dunia dan membuat lebih dari satu juta warga Palestina di Gaza bergantung pada bantuan internasional.
Israel telah memberi izin kepada Qatar untuk memberikan bantuan berjumlah ratusan juta dolar melalui Hamas.
Bantuan asing lainnya umumnya mencapai Gaza melalui Otoritas Palestina dan lembaga-lembaga PBB.
Selama bertahun-tahun setelah dimulainya blokade, Hamas mengumpulkan pendapatan dengan memungut pajak pada barang-barang yang melalui jaringan terowongan canggih yang menghubungkan Mesir dan Gaza.
Melalui jaringan ini, bahan-bahan pokok seperti makanan, obat-obatan, dan bahan bakar untuk produksi listrik diselundupkan ke wilayah tersebut, bersama dengan bahan bangunan, uang tunai, dan senjata.
Setelah Presiden Mesir Abdel Fatah al-Sisi mengambil alih kekuasaan pada tahun 2013, hubungan Kairo dengan Hamas menjadi tidak baik.
Karena Hamas dianggap sebagai perpanjangan tangan dari Ikhwanul Muslimin, yang merupakan saingan utama di Mesir.
Akibatnya pasukan militer Mesir melakukan penutupan terowongan yang menghubungkan wilayah Gaza, saat melancarkan kampanye kontraterorisme melawan cabang ISIS di Semenanjung Sinai, yang berbatasan dengan Gaza.
Pada tahun 2018, Mesir mulai mengizinkan sejumlah barang komersial memasuki Gaza melalui penyeberangan perbatasan Salah al-Din.
Lalu pada tahun 2021, Hamas diberitakan mampu mengumpulkan lebih dari $12 juta per bulan dari pajak atas barang-barang yang diimpor dari Mesir ke Gaza.
DIkabarkan saat ini, Iran menjadi salah satu pendukung utama Hamas, menyediakan dana, senjata, dan pelatihan.
Meskipun pernah terjadi ketegangan antara Iran dan Hamas akibat mendukung pihak yang berlawanan dalam perang saudara di Suriah.
Lalu Iran saat ini juga dikabarkan telah memberikan sekitar $100 juta setiap tahunnya kepada Hamas, Al-Jihad Islami Palestina (PIJ), serta kelompok Palestina lainnya yang telah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat.
Selalu berkontribusi pada gerakan ini, Iran merupakan negara pertama yang memberikan pujian bangga kepada serangan Hamas terhadap Israel pada Oktober 2023 dan berjanji untuk terus mendukung kelompok Palestina.
Turki juga diduga menjadi pendukung kuat Hamas, terutama setelah Presiden Recep Tayyip Erdogan berkuasa pada tahun 2002.
Meskipun pemerintah Turki menegaskan bahwa dukungannya hanya bersifat politis, mereka telah dituduh mendanai terorisme Hamas, termasuk melalui pengalihan bantuan dari Israel.