Politik dan PemerintahanSeni Budaya

TMMD Ke-122 Kodim 0809/Kediri: Pelestarian Budaya Lokal dan Pembangunan Fisik di Desa Pagung

Kediri, GelarFakta – Ada yang menarik dari pelaksanaan TMMD Ke-122 Tahun Anggaran 2024 yang diselenggarakan oleh Kodim 0809/Kediri di Desa Pagung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri.

Selain fokus pada pembangunan fisik seperti pengerasan jalan, renovasi rumah tinggal layak huni, perbaikan musholla, dan pembangunan sumur bor air bersih, kegiatan ini juga menonjolkan aspek pelestarian budaya lokal.

Satgas TMMD 122 turut melestarikan budaya tradisional Desa Pagung dengan menyaksikan pagelaran wayang Mbah Gandrung yang dibawakan oleh dalang Mbah Gani dengan lakon “Minak Jinggo.”

Pagelaran wayang Mbah Gandrung merupakan pertunjukan langka.

Masyarakat hanya bisa menyaksikan wayang ini saat bulan Suroan atau ketika ada seseorang yang mengadakan acara sebagai bentuk nazar.

Keunikan dari wayang ini tidak hanya terletak pada cerita yang dibawakan, tetapi juga pada sejarah dan nilai sakral yang menyertainya.

“Melalui TMMD 122 ini, kami tidak hanya fokus pada pembangunan fisik, tetapi juga berusaha melestarikan budaya kearifan lokal Desa Pagung agar lebih dikenal oleh masyarakat luas, salah satunya melalui pagelaran wayang Mbah Gandrung,” kata Dansatgas TMMD 122, Letkol Inf Aris Setiawan S.H.

Ia menambahkan bahwa tempat penyimpanan wayang ini memiliki nilai sejarah bagi TNI, karena pernah menjadi tempat singgah Panglima Besar Jenderal Sudirman dalam perjuangannya melawan penjajah untuk merebut kemerdekaan Indonesia.

Siswoyo, penanggung jawab wayang Mbah Gandrung, menjelaskan asal-usul wayang tersebut.

Berdasarkan cerita turun-temurun, wayang ini berasal dari gunung, dari sebuah kayu yang hanyut di sungai dan ditemukan oleh leluhur.

Wayang Mbah Gandrung bukanlah sekadar hiburan, tetapi memiliki fungsi sakral, terutama untuk keperluan pengobatan dan permohonan pertolongan.

Menurut Siswoyo, wayang Mbah Gandrung telah berusia sembilan generasi.

Salah satu hal yang membuat wayang ini begitu sakral adalah ketika diundang ke tempat lain, wayang tersebut tidak bisa diangkut dengan transportasi modern dan harus dibawa dengan berjalan kaki.

“Pernah ada kejadian ketika wayang ini dinaikkan ke kendaraan, tapi kendaraannya tidak mau menyala,” ungkapnya.

Wayang Mbah Gandrung terdiri dari lima figur utama.

Dua wayang awal, yaitu Mbah Gandrung kakung dan Mbah Gandrung putri, ditemukan dalam bentuk kayu yang sudah berwujud wayang.

Sementara tiga wayang lainnya, Mbah Sedanapapa, Mbah Jaka Luwar, dan Mbah Semar, ditemukan dalam kotak bersama kedua wayang utama tersebut.

Siswoyo juga menyampaikan harapannya agar pelaksanaan TMMD 122 Kodim 0809/Kediri berjalan lancar dan sesuai dengan rencana.

Pagelaran wayang Mbah Gandrung yang digelar dalam rangkaian acara ini, menurutnya, bertujuan untuk mendoakan kesuksesan kegiatan TMMD di Desa Pagung.(*/pty/kur)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button