PeristiwaSeni BudayaWisata

Tari Kolosal Kataga Meriahkan Peringatan Sumpah Pemuda ke-95 di Kota Kediri

Kediri, GelarFakta – Tarian daerah Sumba Nusa tenggara Timur (NTT) yakni Kataga yang dimainkan oleh belasan mahasiswa memeriahkan peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-95 di Kota Kediri, Sabtu (28/10) malam.

Tari Kataga adalah salah satu tarian tradisional sejenis tarian perang yang khas dari Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Tarian ini menampilkan gesture gagah yang dimainkan oleh para penari pria dan wanita menggunakan kostum adat dengan diiringi alat musik berupa tabuhan gong.

Pakaian yang dikenakan para penari antara lain ikat kepala, replika pedang, dan perisai. Sedangkan kostum yang dikenakan berupa kain yang dibiarkan terbuka, kemudian dipadukan dengan ikat pinggang hitam untuk melengkapi pakaian tari kataga.

Tari Kataga sendiri merupakan tarian tradisional dengan gerakan yang kuat dan penuh semangat, sebagai representasi sejarah peperangan.

Gerakan Tari Kataga antara lain mengayunkan pedang atau perisai, seperti dalam pertarungan.

Arti dari gerakan Tari Kataga adalah sebagai simbol keberanian pada masa peperangan.

“Ada 12 orang, semuanya menari, selain itu ada yang bertindak memainkan gong,” kata mahasiswa asal Sumba NTT, Alfonsius Ndara Mone, Sabtu (28/10) malam.

Menurutnya, ia sangat bersyukur dan berterima kasih kepada KNPI Kota Kediri karena baru pertama kali diundang menampilkan budaya Indonesia bagian timur.

“Semoga kedepannya KNPI Kota Kediri akan mengajak kita dalam setiap kegiatan untuk meningkatkan hubungan persahabatan dan menerima perubahan ke arah yang lebih baik,” jelas pemuda yang akrab disapa Alfons itu.

Lebih lanjut kata Alfons, pada era sekarang ini kemajuan sangat pesat, yaitu di bidang informasi dan teknologi, dalam penggunaan jejaring sosial.

Oleh karena itu, pemuda masa kini harus memanfaatkan peluang tersebut secara positif untuk memenuhi kemandiriannya.

Tak hanya itu, Alfons berpesan kepada generasi muda bahwa perubahan adalah sesuatu yang pasti terjadi dalam hidup.

Maka karena itu diperlukan sikap dan perilaku untuk menghadapi perubahan sosial budaya, dengan kata lain penguatan nilai-nilai karakter budaya bangsa.

“Saya berpesan kepada para pemuda untuk menjaga persatuan, persaudaraan dan toleransi dari Sabang sampai Merauke. Artinya kita siap menerima perubahan, dan generasi muda adalah agen perubahan di era mendatang,” tutupnya.(yan/kur)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button