Stok Beras Malaysia Semakin Berkurang, Apa yang Mereka Lakukan?
GELARFAKTA.COM – Para ahli mengungkapkan bahwa Malaysia harus mengubah pendekatan mereka dalam mengelola stok beras serta melakukan reformasi pada sektor pertanian agar dapat mencegah situasi kekurangan pasokan yang semakin memburuk di masa mendatang.
Dalam beberapa minggu terakhir, persediaan beras produksi lokal telah menurun karena banyak konsumen beralih ke varietas lokal yang lebih terjangkau.
Penurunan persediaan ini terjadi setelah terjadinya kenaikan harga beras impor sebanyak 36 persen yang diberlakukan oleh importir beras tunggal Malaysia, yaitu Padiberas Nasional (Bernas), pada tanggal 1 September.
Beras lokal, yang memiliki pangsa pasar sebanyak 65 persen, sangat dipengaruhi oleh faktor harga dan dijual dengan harga RM2,60 per kilogram.
Sementara itu, harga beras impor yang sebagian besar berasal dari India, Thailand, Pakistan, dan Vietnam, saat ini mencapai hingga RM4 per kilogramnya.
Selama periode ini, jaringan hipermarket Mydin melaporkan penurunan dalam pengiriman mingguan beras lokal sebesar 10 kilogram yang biasanya mereka terima dari distributor.
Jumlah pengiriman ini telah menurun secara bertahap sejak bulan Januari, dari sekitar 17.000 menjadi hanya 2.000.
Wakil Menteri Pertanian dan Ketahanan Pangan, Chan Foong Hin, menyatakan pada hari Minggu bahwa aksi panik pembelian telah mereda dan pasokan bahan pokok telah kembali stabil.
Namun, kritikus dan para ahli meyakini bahwa risiko terjadinya kekurangan pasokan yang serupa akan terus berlanjut dan bahkan memburuk, kecuali pemerintah Malaysia mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan.
“Kita masih akan mengalami kekurangan beras putih lokal, sampai harga beras global turun atau pemerintah menaikkan harga eceran beras lokal menjadi RM3,40 per kg (atau RM34 per 10kg),” kata Datuk Ameer. Ali yang dilansir dari Strait Its Times.
Sebelum kenaikan harga beras impor oleh Bernas, terdapat selisih RM6 antara harga beras lokal dan impor, yaitu RM26 per 10 kilogram versus RM32 per 10 kilogram. Saat ini, harga beras impor mencapai RM40 per 10 kilogram.
Pada tanggal 28 September, pemerintah menolak usulan untuk menaikkan harga beras lokal atau menetapkannya di pasar terbuka.
Harga beras global mengalami lonjakan ke level tertinggi dalam 15 tahun pada bulan Agustus, terutama karena keputusan India pada bulan Juli yang melarang ekspor beras dan kekhawatiran terkait kondisi cuaca yang buruk yang baru-baru ini.
Sebagai dampak dari fenomena La Nina dan El Nino yang berakhir pada bulan Maret, seperti yang diungkapkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB.
Beberapa kritikus juga menyoroti peran Bernas, yang diyakini bertanggung jawab atas pengelolaan stok beras nasional.
“Jika Bernas memiliki persediaan beras impor yang cukup sebelum India melarang ekspornya, maka kenaikan harga beras impor akan jauh lebih terkendali dibandingkan dengan situasi saat ini,” ujar Abdul Rashid, seorang anggota dewan eksekutif Pertubuhan Persaudaraan Pesawah Malaysia, kelompok advokasi petani padi.
Walaupun koalisi Pakatan Harapan (PH) di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Anwar Ibrahim telah mengkritik keuntungan besar yang diperoleh oleh Bernas, yaitu sebesar RM670 juta yang dibayarkan dalam bentuk dividen pada tahun 2020, namun hingga saat ini koalisi tersebut belum berhasil menghapus monopoli yang ada.
Bernas saat ini dikuasai oleh taipan Syed Mokhtar Albukhary, yang memiliki hubungan erat dengan UMNO, yang merupakan bagian dari pemerintahan koalisi PH.
Perusahaan ini telah mendapatkan perpanjangan konsesi untuk impor beras selama 10 tahun, hingga Januari 2031.
Pada bulan Desember 2022, Datuk Seri Anwar mengatakan bahwa ia telah mengingatkan Tan Sri Syed Mokhtar tentang monopoli yang dimiliki oleh Bernas, dan meminta pengusaha tersebut untuk membayar RM60 juta kepada petani miskin.